Mentari dari ufuk timur mulai menampakan secercah sinar
berwarna oranye membangunkan aku dari tidur yang lelap ini. Dengan segala
semangat tuk jalani segalanya. Ku katakan “selamat pagi duni,selamat pagi
mentari,selamat pagi semuanya” aku berharap pagi yang cerah kan selalu
menyambutku.
Hal baru dan pangalaman akan segera kutemui hari ini
dimana waktu aku beranjak menuju arah kedewasaan. Memasuki SMA adalah suatu hal
yang begitu menyenangkan bagi diriku. Aku berhasil memasuki SMA favorit dikota
bandung. Tetapi aku juga bersedih karena du orang sahabatku tidak bisa memasuki
SMA favoit itu. Tapi hal ini tak membuat kami menjadi jauh dan tak pula menjadi
penghalang putusnya tali persahabatan kami.
Lelahnya masa
orientasi siswa telah aku alami selama tiga hari. Perasaanku campur aduk saat
itu antara capek,kesal dan sedih karena harus tibsa disekolah sebelum mentari
bangun.
Setelah beberapa
minggu aku mulai mengenali seluruh keadaan sekolah begitu juga dengan para
teman-temanku. Ada yang berbeda denagnku kali ini aku mulai tertarik dengan
yang namanya OSIS. Seorang teman baruku bernama ryan yang satu organisasi OSIS
denganku seolah menforong dan memaksaku untuk kembali kedalam memori masa lalu
ku,karena ia begitu miripnya dengan mantan kekasihku yang aku sulit lupakan
bernama reno. Semenjak itulah aku mulai menyukainya dan hari demi hari hubungan
kami semakin akrab.
Pagi ini cuaca
tak mendukung awan gelap hitam menutupi sinar mentarinya seolah mengerti hatku
sedang tak seindah cuaca kali ini. Hari ini adalah ultahnya reno ingin sekali
mata ini meneteskan air mata mengingat masa lalu yang begitu indah. Sejenak aku
melamun sambil memegangi album foto ku bersama dirinya. Lamunanku tersadar
ketika pintu kamar ku diketuk.
“aqila ayo cepat berangkat papa udah nunggu didepan” ucap
mama
“iya ma bentar lagi aku kesana” balasku pada mama sambil
menyeka air mata dan kemudian menaruh album foto itu dalam laci meja rias.
Sepanjang perjalanan menuju sekolah aku hanya memegangi kado untuk reno yang
rencananya akan aku berikan nanti siang sepulang sekolah di alun-alun kota.
Bel sudah
berbunyi tanda pelajaran sudah berakhir aku segera mengirim pesan pada vino
untuk segera menuju tempat yang sudah disepakati. Aku hampir setengah jam
menunggunya bersama salah satu sahabatku ifi. Tak lama kemudian aku melihat dia
tapi ia pura-pura tak mengenaliku. Akhirnya aku meneleponnya belum sempat aku
berbicara ia malah berkata
“nanti aja ngasih kadonya kalo engga ga usah jadi aja
ngasihnya ga apa-apa” jawabnya dengan singkat lalu menutup pembicaraan. Aku
sangat terkejut mendengar jawabannya,saat itu aku juga memeluk ifi dan air mataku
pun jatu tak tertahan lagi. Betapa sakit hati ini reno sama sekali tak
menghargai pemberianku.
“la udahlah jangan nangis dari dulu juga apa gue bilang reno
itu brengsek tapi lo tetep aja pertahanin dia, inget ga mama lo juga ga setuju
kan lo sama reno?, ucapan orang tua selalu bener jangan lo remehin!”
“iya gue tau fi tapi gue sayang sama reno”
“orang berengsek kaya dia ga perlu disayang, udah jangan
nangis malu di liatin orang, sekarang kita pulang yu?, nanti malem kita bareng
ke rumah reva dia juga ultah kan hari ini pasti lo lupa ya?
“iya gue janji bakalan lupain reno, oh ya ampun gue ampe
lupa gini deh, yaudah gue pulang duluan deh ditunggu nati malem ya, maksih juga
udah hibur gue” sambil berlari dan melambaikan tangan pada ifi. Ifi pun hanya
tersenyum dan membalas lambaian tangan ku.
Malam ini entah
apa yang aku rasakan. Hatiku senang bertemu dengan teman-teman lama tapi hatiku
juga sedih bila ingat kejadian tadi siang di alun-alun kota. Sampai-sampai aku
tak sedikit pun selera untuk makan. Hingga keesokan harinya aku tak bisa
mengikuti pelajaran karena sakit an ternyata aku di diagnosis menderita gagal
ginjal akibat infeksi ginjal yang aku derita semasa SMP. Reno juga pun memilih
untuk melupakan diriku.
Semenjak itulah
kehidupan ku mulai berubah aku harus sering mondar-mandir kerumah sakit untuk
cuci darah. Dan keadaan ku semakn hari semakin lemas saja. Aku merasa sudah tak
dapat berbuat apa-apa selain beristirahat dan berbaring dikasur. Siang yang begitu panas hari ini aku masih
terdiam dalam ruangan yang penuh bau obat di mana tempat aku dirawat. Teman-temanku
berjanji sepulang sekolah menengokku. Kehadiran sahabat buatku sungguh berarti
untuk pelipur lara dihati ku dan juga penyemangat hidup untuk diriku.
“hy la aduh kita semua kangen lo, ga ada lo dikelas tuh sepi
banget”
“masa sih?, iya deh gue bakalan lawan semua ini biar bisa
nemenin kalian di kelas” aku tersenyum seakan terhibur dan semangat oleh
kedatangan mereka
“la gue mau bilang sesuatu sama lo tapi ga penting-penting
amat juga sieh?”
“bilang apa sih?” aku menggerutukan alis tanda hati ini
begitu penasaran
“ ok deh to the poin aja!,gini ya kemaren pas lo ga ada si
adit curhat sama gue dan dia bilang dia itu suka sama lo tapi lo ga pernah
ngangep dia ada lo malah suka sama ryan padahal selama ini tanpa lo sadar yang
selalu ada buat lo bukan ryan kan tapi adit?,terus ryan juga udah punya cewek
dan ceweknya itu temen SMP gue lagi”
“serius lo bilang ini?,gue bener-bener ga tau semua ini tapi
yang gue rasain dari sikap dia seolah ngasih tanda kalo dia tuh suka gue,ya gue
pikir itu Cuma sebates perhatian untuk gue sebagai sahabat”
“iya semua juga salah ga lo si adit juga sama-sama malu buat
ngomong”
“terus gue mesti gimana donk keyla?” perlahan aku meneteskan
air mata sedih tanpa sengaja aku membuat sahabatku sendiri sakit hati
“percuma lo nangis la, dia juga udah pengen nyudahin
perasaan itu ke lo”
“bagus deh kalo gitu dari pada gue terus-terusan buat dia
sakit,salam kangen aja ya buat dia kalo ketemu?”
“ok ! siap deh la”
seminggu berlalu
aku sudah diperbolehkan pulang dan kembali ke sekolah. Ada suasana berbeda saat
aku memasuki ruang kelas sahabat yang tadinya begitu dekat denganku dan yang
tiap pagi selalu menyapaku kini semakin menjauhi diriku. Ku tahu ini semua
salah diriku buatnya sakit hati batinku pun mulai tersiksa dengan semua ini.
Apa mungkin ini cobaan untuk persahabatan ku” batinku dalam hati.
Hingga pengumuman
kelulusan SMA pun tiba inilah akhir dimana aku talah mengalami kedewasaan. Tapi
justru sebaliknya dengan kondisi kesehatanku yang semakin memburuk.
Sore ini kami
sekelas mengadakan acara perpisahan di ciweday dan menginap selama tiga
hari.ternyata bukan kesenangan yang didapat tetapi hanyalah kesedihan yang
didapat karena aku tak bisa mengikuti acara perpisahan di karenakan sakit
pinggang yang amat dashyat dan membuatku lemas. Akhirnya aku pun dilarikan ke
rumah sakit terdekat untuk mendapat perawatan sementara. Kedua orang tua ku pun
datang melihat keadaan ku. Sebelum saatnya ku dibawa kerumah sakit yang berada
dikota tempatku tinggal.
“sayang kuat kan nahan sakitnya?” dengan wajh cemas dan
sedih ia bicara
“kuat ko ma, mama tenag aja ya aku pasti bertahan” dengan
suara kecil aku menjawab
hari perpisahan
yang tak begitu menyenangkan bagi diriku. Semuanya berubah menjadi tangis dan
duka. Tetapi tanpa terduga usaha papa dengan mengundang teman-temanku datang ke
ruang rawat ku itu membuat hati ku amat senang keceriaan aku daptkan saat itu
seolah tak ingin hari ini berakhir.
Ketika ku duduk
terdiam di taman tiba-tiba adit menghampiriku
“la cepetsembuh ya? Lo harus kuat jalanin semua ini” ucap
adit yang agk sedikit canggung berbicara padaku
“ok, gue pasti kuat ko dit, makasih ya?.maafin gue juga ya
dit kalo gue selalu nyakitin hati lo?,gue udah tau yang sebenernya perasaan lo
ke gue”
“sama-sama, soal sakit hati dan perasaan gue ga apa-apa ko
lagian gue juga udah lupain itu yang penting sekarang gue masih bisa sahabatan
sama lo?”
“pasti lah kita tetep jadi sahabat kaya dulu, tapi plis
jangan jauhin gue lagi ga enak banget kaya gitu”
“siap deh gue bakalan memperbaiki hubungan ini kaya dulu
lagi”
perasaan ku
sungguh lega karena beban yang selama ini ada dihati telah terungkapkan semua.
Malam hari pun tiba ke lima sahabatku masih menemaniku diruang rawat ku. Betapa
terkejutnya diriku ketika kami sedang berbincang-bincang seorang cowok memasuki
ruangan ku dan ternyata itu adalah reno. Saat itu ia meminta maaf padaku karena
selama ini ia hanya bisa menyakiti hatiku sampai pada saat aku sakit begini ia
masih sering membuat hati ku teriris. Keran aku tak ingin mempunyai dendam
akhirnya aku pun memaafkan semua kesalahannya.
Pagi ini aku
harus menjalani operasi karena donor gijal sudah aku dapatkan. Semuanya hadir
sebelum operasi itu dilaksanakan begitu juga dengan reno dan adit. Mereka terus
bergantian menyemangatiku. Dan dengan tiba-tiba pula reno memelukku seolah tak
ingin kehilangan ku lagi tapi aku rasa semua ini terlambat keran aku merasa
diriku sudah tinggal beberapa saat lagi tubuhku pun sudah lemas tak berdaya
untuk bangun dan perlahan aku merasakan roh ku terbang menjauhi ragaku yang
terbaring lemas dikerubungi orang-orang yang ku sayang. Perkiraan ku memang
tepat tuhan telah mengambil nyawaku sebelum sempat operasi itu dijalankan.
Kehidupanku memang sudah ditakdirkan sampai disini dan aku akan tenag menutup
mata selama-lamanya
“selamat tinggal semuanya dan selamat tinggal dunia”
0 komentar:
Posting Komentar