Sabtu, 15 September 2012

Cerpen


Mentari dari ufuk timur mulai menampakan secercah sinar berwarna oranye membangunkan aku dari tidur yang lelap ini. Dengan segala semangat tuk jalani segalanya. Ku katakan “selamat pagi duni,selamat pagi mentari,selamat pagi semuanya” aku berharap pagi yang cerah kan selalu menyambutku.
     Hal baru dan  pangalaman akan segera kutemui hari ini dimana waktu aku beranjak menuju arah kedewasaan. Memasuki SMA adalah suatu hal yang begitu menyenangkan bagi diriku. Aku berhasil memasuki SMA favorit dikota bandung. Tetapi aku juga bersedih karena du orang sahabatku tidak bisa memasuki SMA favoit itu. Tapi hal ini tak membuat kami menjadi jauh dan tak pula menjadi penghalang putusnya tali persahabatan kami.
     Lelahnya masa orientasi siswa telah aku alami selama tiga hari. Perasaanku campur aduk saat itu antara capek,kesal dan sedih karena harus tibsa disekolah sebelum mentari bangun.
     Setelah beberapa minggu aku mulai mengenali seluruh keadaan sekolah begitu juga dengan para teman-temanku. Ada yang berbeda denagnku kali ini aku mulai tertarik dengan yang namanya OSIS. Seorang teman baruku bernama ryan yang satu organisasi OSIS denganku seolah menforong dan memaksaku untuk kembali kedalam memori masa lalu ku,karena ia begitu miripnya dengan mantan kekasihku yang aku sulit lupakan bernama reno. Semenjak itulah aku mulai menyukainya dan hari demi hari hubungan kami semakin akrab.
     Pagi ini cuaca tak mendukung awan gelap hitam menutupi sinar mentarinya seolah mengerti hatku sedang tak seindah cuaca kali ini. Hari ini adalah ultahnya reno ingin sekali mata ini meneteskan air mata mengingat masa lalu yang begitu indah. Sejenak aku melamun sambil memegangi album foto ku bersama dirinya. Lamunanku tersadar ketika pintu kamar ku diketuk.
“aqila ayo cepat berangkat papa udah nunggu didepan” ucap mama
“iya ma bentar lagi aku kesana” balasku pada mama sambil menyeka air mata dan kemudian menaruh album foto itu dalam laci meja rias. Sepanjang perjalanan menuju sekolah aku hanya memegangi kado untuk reno yang rencananya akan aku berikan nanti siang sepulang sekolah di alun-alun kota.
     Bel sudah berbunyi tanda pelajaran sudah berakhir aku segera mengirim pesan pada vino untuk segera menuju tempat yang sudah disepakati. Aku hampir setengah jam menunggunya bersama salah satu sahabatku ifi. Tak lama kemudian aku melihat dia tapi ia pura-pura tak mengenaliku. Akhirnya aku meneleponnya belum sempat aku berbicara ia malah berkata
“nanti aja ngasih kadonya kalo engga ga usah jadi aja ngasihnya ga apa-apa” jawabnya dengan singkat lalu menutup pembicaraan. Aku sangat terkejut mendengar jawabannya,saat itu aku juga memeluk ifi dan air mataku pun jatu tak tertahan lagi. Betapa sakit hati ini reno sama sekali tak menghargai pemberianku.
“la udahlah jangan nangis dari dulu juga apa gue bilang reno itu brengsek tapi lo tetep aja pertahanin dia, inget ga mama lo juga ga setuju kan lo sama reno?, ucapan orang tua selalu bener jangan lo remehin!”
“iya gue tau fi tapi gue sayang sama reno”
“orang berengsek kaya dia ga perlu disayang, udah jangan nangis malu di liatin orang, sekarang kita pulang yu?, nanti malem kita bareng ke rumah reva dia juga ultah kan hari ini pasti lo lupa ya?
“iya gue janji bakalan lupain reno, oh ya ampun gue ampe lupa gini deh, yaudah gue pulang duluan deh ditunggu nati malem ya, maksih juga udah hibur gue” sambil berlari dan melambaikan tangan pada ifi. Ifi pun hanya tersenyum dan membalas lambaian tangan ku.
     Malam ini entah apa yang aku rasakan. Hatiku senang bertemu dengan teman-teman lama tapi hatiku juga sedih bila ingat kejadian tadi siang di alun-alun kota. Sampai-sampai aku tak sedikit pun selera untuk makan. Hingga keesokan harinya aku tak bisa mengikuti pelajaran karena sakit an ternyata aku di diagnosis menderita gagal ginjal akibat infeksi ginjal yang aku derita semasa SMP. Reno juga pun memilih untuk melupakan diriku.
     Semenjak itulah kehidupan ku mulai berubah aku harus sering mondar-mandir kerumah sakit untuk cuci darah. Dan keadaan ku semakn hari semakin lemas saja. Aku merasa sudah tak dapat berbuat apa-apa selain beristirahat dan berbaring dikasur.  Siang yang begitu panas hari ini aku masih terdiam dalam ruangan yang penuh bau obat di mana tempat aku dirawat. Teman-temanku berjanji sepulang sekolah menengokku. Kehadiran sahabat buatku sungguh berarti untuk pelipur lara dihati ku dan juga penyemangat hidup untuk diriku.
“hy la aduh kita semua kangen lo, ga ada lo dikelas tuh sepi banget”
“masa sih?, iya deh gue bakalan lawan semua ini biar bisa nemenin kalian di kelas” aku tersenyum seakan terhibur dan semangat oleh kedatangan mereka
“la gue mau bilang sesuatu sama lo tapi ga penting-penting amat juga sieh?”
“bilang apa sih?” aku menggerutukan alis tanda hati ini begitu penasaran
“ ok deh to the poin aja!,gini ya kemaren pas lo ga ada si adit curhat sama gue dan dia bilang dia itu suka sama lo tapi lo ga pernah ngangep dia ada lo malah suka sama ryan padahal selama ini tanpa lo sadar yang selalu ada buat lo bukan ryan kan tapi adit?,terus ryan juga udah punya cewek dan ceweknya itu temen SMP gue lagi”
“serius lo bilang ini?,gue bener-bener ga tau semua ini tapi yang gue rasain dari sikap dia seolah ngasih tanda kalo dia tuh suka gue,ya gue pikir itu Cuma sebates perhatian untuk gue sebagai sahabat”
“iya semua juga salah ga lo si adit juga sama-sama malu buat ngomong”
“terus gue mesti gimana donk keyla?” perlahan aku meneteskan air mata sedih tanpa sengaja aku membuat sahabatku sendiri sakit hati
“percuma lo nangis la, dia juga udah pengen nyudahin perasaan itu ke lo”
“bagus deh kalo gitu dari pada gue terus-terusan buat dia sakit,salam kangen aja ya buat dia kalo ketemu?”
“ok ! siap deh la”
     seminggu berlalu aku sudah diperbolehkan pulang dan kembali ke sekolah. Ada suasana berbeda saat aku memasuki ruang kelas sahabat yang tadinya begitu dekat denganku dan yang tiap pagi selalu menyapaku kini semakin menjauhi diriku. Ku tahu ini semua salah diriku buatnya sakit hati batinku pun mulai tersiksa dengan semua ini. Apa mungkin ini cobaan untuk persahabatan ku” batinku dalam hati.
     Hingga pengumuman kelulusan SMA pun tiba inilah akhir dimana aku talah mengalami kedewasaan. Tapi justru sebaliknya dengan kondisi kesehatanku yang semakin memburuk.
      Sore ini kami sekelas mengadakan acara perpisahan di ciweday dan menginap selama tiga hari.ternyata bukan kesenangan yang didapat tetapi hanyalah kesedihan yang didapat karena aku tak bisa mengikuti acara perpisahan di karenakan sakit pinggang yang amat dashyat dan membuatku lemas. Akhirnya aku pun dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapat perawatan sementara. Kedua orang tua ku pun datang melihat keadaan ku. Sebelum saatnya ku dibawa kerumah sakit yang berada dikota tempatku tinggal.
“sayang kuat kan nahan sakitnya?” dengan wajh cemas dan sedih ia bicara
“kuat ko ma, mama tenag aja ya aku pasti bertahan” dengan suara kecil aku menjawab
     hari perpisahan yang tak begitu menyenangkan bagi diriku. Semuanya berubah menjadi tangis dan duka. Tetapi tanpa terduga usaha papa dengan mengundang teman-temanku datang ke ruang rawat ku itu membuat hati ku amat senang keceriaan aku daptkan saat itu seolah tak ingin hari ini berakhir.
     Ketika ku duduk terdiam di taman tiba-tiba adit menghampiriku
“la cepetsembuh ya? Lo harus kuat jalanin semua ini” ucap adit yang agk sedikit canggung berbicara padaku
“ok, gue pasti kuat ko dit, makasih ya?.maafin gue juga ya dit kalo gue selalu nyakitin hati lo?,gue udah tau yang sebenernya perasaan lo ke gue”
“sama-sama, soal sakit hati dan perasaan gue ga apa-apa ko lagian gue juga udah lupain itu yang penting sekarang gue masih bisa sahabatan sama lo?”
“pasti lah kita tetep jadi sahabat kaya dulu, tapi plis jangan jauhin gue lagi ga enak banget kaya gitu”
“siap deh gue bakalan memperbaiki hubungan ini kaya dulu lagi”
     perasaan ku sungguh lega karena beban yang selama ini ada dihati telah terungkapkan semua. Malam hari pun tiba ke lima sahabatku masih menemaniku diruang rawat ku. Betapa terkejutnya diriku ketika kami sedang berbincang-bincang seorang cowok memasuki ruangan ku dan ternyata itu adalah reno. Saat itu ia meminta maaf padaku karena selama ini ia hanya bisa menyakiti hatiku sampai pada saat aku sakit begini ia masih sering membuat hati ku teriris. Keran aku tak ingin mempunyai dendam akhirnya aku pun memaafkan semua kesalahannya.
     Pagi ini aku harus menjalani operasi karena donor gijal sudah aku dapatkan. Semuanya hadir sebelum operasi itu dilaksanakan begitu juga dengan reno dan adit. Mereka terus bergantian menyemangatiku. Dan dengan tiba-tiba pula reno memelukku seolah tak ingin kehilangan ku lagi tapi aku rasa semua ini terlambat keran aku merasa diriku sudah tinggal beberapa saat lagi tubuhku pun sudah lemas tak berdaya untuk bangun dan perlahan aku merasakan roh ku terbang menjauhi ragaku yang terbaring lemas dikerubungi orang-orang yang ku sayang. Perkiraan ku memang tepat tuhan telah mengambil nyawaku sebelum sempat operasi itu dijalankan. Kehidupanku memang sudah ditakdirkan sampai disini dan aku akan tenag menutup mata selama-lamanya
“selamat tinggal semuanya dan selamat tinggal dunia”

0 komentar:

Posting Komentar